Berzikir dan Berpikir

Kita hidup di zaman yang penuh hiruk-pikuk kemaksiatan. Fenomena yang dahulu dianggap aib, kini dipertontonkan tanpa rasa malu. Perjudian, perzinaan, LGBT, pembunuhan, pemerkosaan, dan perundungan seolah menjadi tontonan sehari-hari. Sementara sebagian dari kita hanya bisa mengeluh dan kembali larut dalam kenyamanan hidup pribadi.

Di sisi lain, berita-berita tentang orang yang kelaparan, bunuh diri karena putus asa, atau saling bunuh hanya karena persoalan materi, terus menghiasi layar kaca dan linimasa kita. Dunia ini seperti kehilangan arah bukan karena Allah menzalimi hamba-Nya, tapi karena manusia mulai berpaling dari jalan yang benar.

Kita mungkin merasa aman bersama keluarga, merasa cukup dengan ibadah pribadi dan kehidupan yang nyaman. Namun, pernahkah kita merenung apakah pantas kita merasa nyaman di tengah penderitaan sesama manusia? Apakah kita tidak takut, bahwa musibah yang menimpa orang lain suatu hari bisa menimpa diri kita sendiri?

Allah ﷻ mengingatkan dalam Al-Qur’an:

وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَّا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ زْقُهَا

“Dan takutlah kamu akan fitnah (ujian) yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim di antara kamu saja. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (QS. الأنفال [Al-Anfāl]: 25

Ayat ini menggugah hati orang-orang beriman agar tidak berdiam diri di tengah kemaksiatan. Karena ketika keburukan dibiarkan merajalela, azab dan akibatnya akan menimpa semua, bukan hanya pelaku dosa.

Maka dari itu, berzikir dan berpikir harus menjadi dua sayap kehidupan seorang Muslim. Zikir menjaga hati tetap hidup, berpikir menjaga akal tetap tajam. Keduanya menuntun kita agar tidak hanya sibuk dengan kesalehan pribadi, tetapi juga peduli dengan kondisi umat.

Hasan al-Bashri رحمه الله pernah berkata

:

لَيْسَ مِنَ الْعَقْلِ أَنْ يَرَى الْإِنسَانُ فَسَادًا فِي الْأُمَّةِ فَيَسْكُتُ وَلَا يَفْعَلُ شَيْئًا زْقُهَا

“Bukan termasuk orang berakal, seseorang yang melihat kerusakan di tengah umat lalu ia diam tanpa berbuat apa-apa.”

Perubahan bukan sekadar urusan kepedulian sosial, melainkan bagian dari tuntutan agama. Allah memerintahkan kita untuk tidak hanya menjadi penonton kebaikan, tapi juga pelaku perubahan.

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ زْقُهَا

“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, serta beriman kepada Allah.” (QS. آل عمران [Āli ‘Imrān]: 11

Berzikir tanpa berpikir akan menjadikan hati lembut tapi pasif. Sedangkan berpikir tanpa zikir akan menjadikan akal cerdas tapi kering dari nur Ilahi. Maka seorang mukmin sejati adalah yang menggabungkan keduanya zikir yang menuntun hati kepada Allah, dan pikir yang menuntun langkah kepada amal saleh.

Ketika melihat kemaksiatan, ia tidak hanya beristighfar tapi juga mencari jalan agar kemungkaran itu berkurang. Ketika melihat orang lapar, ia tidak hanya bersyukur tapi juga berusaha agar lapar itu hilang dari saudaranya.

Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَٰلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ زْقُهَا

“Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika tidak mampu juga, maka dengan hatinya — dan yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. مسلم [Muslim]11

Jangan tunggu sampai bencana mengetuk pintu rumah kita untuk menyadari betapa pentingnya peduli terhadap sesama dan menegakkan amar makruf nahi mungkar. Karena perubahan yang besar dimulai dari hati yang sadar, lisan yang peduli, dan langkah yang berani.

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ زْقُهَا

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. الرعد [Ar-Ra‘d]: 11

Maka mari kita jadikan zikir sebagai bahan bakar ruhani, dan pikir sebagai arah tindakan kita. Sebab dunia tidak akan berubah hanya dengan keluhan tetapi dengan iman yang hidup dan amal yang nyata.

Ikuti Kaffah Media di Telegram

Dapatkan artikel dakwah, kajian, dan berita Islami terbaru langsung di ponsel Anda.

Telegram Gabung ke Kanal Kami
atau kunjungi www.kaffahmedia.web.id

✦ Kaffah Media — Wawasan, Dakwah, Kajian, dan Berita Islami ✦

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak